Kamis, 01 April 2010

Perenang

Suatu waktu,Ayahku bercerita kepadaku. Demikian lah kisahnya:

"Ada seorang atlet berenang. Dia sangat hebat. Dan beberapa kali memecahkan rekor guiness world. Nah,pada suatu waktu,dia ingin sekali lagi memecahkan rekor. Dengan cara berenang menyeberangi sebuah selat yang amaaaat jauh. 4 kilometer.
Persiapan pun telah lengkap. Dan acara pemecahan rekor pun dimulai. Dia tidak berenang sendiri,melainkan ada sebuah perahu yang mengikutinya. Perahu itu berfungsi jika ada keadaan darurat pada perenang tersebut,maka dapat segera ditolong. Perahu tersebut hanya mengikuti saja,bukan membantunya berenang menyeberangi selat!
OK,dan akhirnya perenang itu mulai pemanasan. Dan segera setelah peluit dibunyikan,ia terjun ke selat itu dan mulai berenang. Ia berenang dengan gigih. Dan selama ini,baik-baik saja. Lancar seperti apa yang diharapkan. Dan karena jarak selat tersebut jauh,maka selat itu dipenuhi oleh kabut. Susah sekali untuk dapat melihat jauh. Jarak pandang sangat terbatas. Ia hanya mampu melihat 10 meter di depan saja.
Setelah sekian lama berenang. Berenang. Berenang terus,ternyata ia merasa kelelahan yang sangat. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dan menyerah. Ia pun naik ke atas perahu emergency tersebut dan beristirahat. Lalu,perahu tersebut melanjutkan berjalan menuju tempat finish. Dan betapa terkejutnya sang perenang. Karena ternyata jarak finish itu hanya tinggal 300 meter saja dari titik dimana ia berhenti.
Betapa kekecewaan yang sangat menerpa dirinya. Bayangkan saja,ia telah berenang sejauh 3,7 kilometer. Dan tentu saja 300 meter tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan 3,7 kilometer yang sudah ia tempuh. Dan ia menyerah hanya karena ia lelah dan ia tidak dapat melihat batas finishnya.

Dalam kisah tersebut,dapat diambil sebuah makna. Yaitu,mengapa ada orang GAGAL!? Karena mereka tidak tahu,seberapa dekat mereka dengan keberhasilan,sampai akhirnya memutuskan untuk menyerah begitu saja. Ia tidak ingat,betapa banyak perjuangannya selama ini. Dan seberapa jauh ia berusaha,dan akhirnya ia menyerah ketika ia sudah amat dekat dengan keberhasilan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar